Judul :Penyesuaian Diri dan pertumbuhan
Tugas ke : 2
Nama :
priatna santoro
Kelas :
2pa13
Npm :
16513914
Penyesuaian
Diri
Penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung sepanjang
hayat. Dengan demikian penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dari seberapa
baik individu dalam menghadapi dan mengatasi kondisi yang senantiasa berubah.
Haber
dan Runyon (1984), mengusulkan beberapa
karakteristik penyesuaian diri yang efektif:
- Persepsi yang tepat terhadap realita: mampu mengenali konsekuensi dari tindakan dan mengarahkan perilaku yang sesuai, mampu menyusun dan memodifikasi tujuan yang realistic dan berusahan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Mampu menghadapi dan mengatasi stress dan kecemasan.
- Memiliki gambaran diri (self image) yang positif: menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengharagai kekuatan yang dimiliki dan menerima kelemahan dengan cara yang positif.
- Mampu mengekspresikan perasaan secara terkendali. Orang yang sehat secara emosional mampu merasakan dan mengekspresikan nuansa emosi dan perasaan sehingga memungkinkan untuk membangun dan memilihara hubungan interpersonal yang penuh makna.
- Memiliki hubungan interpersonal yang baik: mampu membina keakraban dalam hubungan sosialnya, nyaman berinteraksi dengan lingkungan menghargai dan dihargai orang lain.
Kesehatan
mental seseorang sering kali dihubungkan dengan kemampuan penyesuaian dirinya.
Kehidupan yang tidak selamanya berjalan lancar dan sesuai keinginan, serta
hambatan dan pemenuhan pemenuhan kebutuhan dan pemuasan diri sehingga
mengganggu kapasitas penyesuaian diri seseorang. Kondisi demikian menimbulkan
tekanan yang harus dihadapi individu yang bersangkutan. Konflik dan frustrasi
yang bersumber dari faktor internal dan eksternal menjadi sumber stress
(Coleman, 1950).
Shoben (dalam Korchin, 1976) menyebutkan istilah penyesuaian
integrative (integrative adjustment), yang ditanda oleh pengendalian
diri, tanggungjawab pribadi dan sosial, minat sosial yang demokratik, dan
ide-ide ideal.
Pertumbuhan
Personal
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh
kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan
dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi
lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial. Pertumbuhan dan
perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0
sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”.
Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi
kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat
meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelaianan
yang bersifat permanen dapat dicegah.
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang
sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan
masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ
maupun individu.
Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur
dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan
(development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan,
organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan
ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri
baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di
setiap kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan
yang berbeda. Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan,
sehingga setiappertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi
beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan
bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase
selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi
aspek lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Banyak
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara garis besar
faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan
merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut.
Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau
bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom.
Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh
stimulasi dan psikologis. Rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga,
misalnya dengan penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan
anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dlam mencapai perkembangan yang
optimal. Seorang anak yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh orang tua
atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan
dan perkembangan.
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan
perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan
dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya
pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).
. Pengertian Stress
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak
berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenaline
yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan
manusia. Stres ringan yang berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir
dan berusaha lebih berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat
menjawab tantangan hidup sehari – hari. Stres ringan bisa merangsang dan
memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya memobsankan dan
rutin. Tetapi stres yang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak
ditanggulagi, akan berbahaya bagi kesehatan.
Menurut
Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap
suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight –
or – fight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk
menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut.
Menurut
Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stress terus – menurus muncul. Ia
mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas
rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stress yaitu :
a.
Fase reaksi yang mengejutkan (alram
reaction)
Pada fase
ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidak beresan seperti
jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat, leher tegang. Nadi
bergerak cepat, dsb. Fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.
b.
Fase perlawanan (Stage of
resistence)
Pada fase
ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress, sebab pada tingkat
tertentu, stress akan membahayakan. Tubuh dapat mengalami disfungsi, bila
stress dibiarkan berlarut – larut. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh harus
cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang melakukan kerja
keras.
c.
Fase keletigan (Stage of Exhaustion)
Fase
disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah bila
seseoran sampai pada fase inni adalah penyakit yang dapat menyerang bagian –
bagoan tubuh yang lemah.
2. Gejala – gejala stress :
a.
Menjadi
mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga, dan kolega.
b.
Bertindak
secara agresif dan defensif.
c.
Merasa
selalu lelah.
d.
Sukar
konsentrasi atau menjadi pelupa.
e.
Palpitasi
atau jantung berdebar – debar.
f.
Otot
– otot tegang.
g.
Sakit
kepala, perut dan diare.
3. Tipe – tipe Stress Psikologis
Menurut Maramis (1990) ada empat
tipe stress psikologis, yaitu :
a.
Frustasi
Frustasi
muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal / tujuan. Frustasi
ada yang bersifat instrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik
(kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi,
pengangguran, perselingkuhan, dan lain – lain).
b.
Konflik
Konflik
ditimbulkan karena ketidak mampuan memilih atau lebih macam keinginan,
kebutuhan, atau tujuan. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian approach
– approach conflict, approach – avoidant conflict, avoidant –
avoidant conflict.
c.
Tekanan
Tekanan
timbul dari tuntutan sehari – hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri
individu dan tekanan juga berasal dari luar diri individu.
d.
Kecemasan
Kecemasan
merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran / kegelisahan,
ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan
akan terjadinya sesuatu yang buruk.
Menurut
Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,
1.
Eustress
adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang,
dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif,
misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
2.
Distress merupakan respon stress yang buruk
dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
3.
Optimal stress atau Neustress adalah stress
yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan
namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah,
berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Menurut Lazarus dan Folkman, kondisi
fisik, lingkungan, dan sosial merupakan penyebab dari kondisi stres disebut
dengan stressor.Istilah stressor pertama kali diperkenalkan oleh selye. Jenis
–jenis stressor dikelompokkan sebagai berikut : masalah perkawinan, masalah
keluarga, masalah hubungan interpersonal, masalah pekerjaan, lingkunagn hidup,
masalah hukum, keuangan, perkembangan penyakit fisis dan lain-lain
Macam-macam Stressor dan Adapula
yang membagi stressor menjadi:
a.
Stressor
fisis : seperti panas, dingin, suara
bising dan sebagainya
b. Stressor sosial
seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, pekerjaan, karir, masalah keluarga, hubungan intepersonal, dan
lain-lain.
c. Stessor
psikis misalnya frustasi, rendah
diri,perasaan berdosa, masa depan yang tidak jelas dan sebagainya.
Lazarus
dan Cohen mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga kategori, yaitu :
1.
Cataclysmic
events
Fenomena besar atau tiba-tiba
terjadi, kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti
bencana alam.
2.
Personal
stressor
Kejadian-kejadian penting yang
mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti krisis
keluarga.
3.
Background
stressor
Pertikaian atau permasalahan yang
biasa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas
pekerjaan.
Ada beberapa jenis-jenis stressor
psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992)
yaitu:
1.
Tekanan
(pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu
tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah
laku tertentu.Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan
performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan
sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari
dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan
dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang
dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat
mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal
atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah
sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal
misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau
juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara
lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2. Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha
individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya
kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat
diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti
misalnya timbul reaksi marah, penolakan
maupun depresi.
3. Konflik
Konflik terjadi ketika individu
berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan,
juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan.
Ada 3 jenis konflik yaitu :
a. Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua alternatif
yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan keputusan
diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat
hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis
konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b. Avoidence
– avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan
pada dua pilihan yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang
hamil muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di
sisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya
nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak
tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki
konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c. Approach –
avoidence conflict, adalah situasi dimana individu
merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang
atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok,
karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa
hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan pengertian stressor diatas dpat disimpulkan
kondisi fisik, lingkungan dan sosial
yang menjadi penyebab dari kondisi stres.