Selasa, 28 April 2015

Penyesuaian Diri dan pertumbuhan




Judul           :Penyesuaian Diri    dan pertumbuhan
Tugas ke     : 2
Nama          : priatna santoro
Kelas           : 2pa13
Npm            : 16513914



Penyesuaian Diri       
Penyesuaian diri merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat. Dengan demikian penyesuaian diri yang efektif dapat diukur dari seberapa baik individu dalam menghadapi dan mengatasi kondisi yang senantiasa berubah.

Haber dan Runyon (1984), mengusulkan beberapa karakteristik penyesuaian diri yang efektif:
  1. Persepsi yang tepat terhadap realita: mampu mengenali konsekuensi dari tindakan dan mengarahkan perilaku yang sesuai, mampu menyusun dan memodifikasi tujuan yang realistic dan berusahan untuk mencapai tujuan tersebut. 
  2. Mampu menghadapi dan mengatasi stress dan kecemasan. 
  3. Memiliki gambaran diri (self image) yang positif: menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengharagai kekuatan yang dimiliki dan menerima kelemahan dengan cara yang positif. 
  4. Mampu mengekspresikan perasaan secara terkendali. Orang yang sehat secara emosional mampu merasakan dan mengekspresikan nuansa emosi dan perasaan sehingga memungkinkan untuk membangun dan memilihara hubungan interpersonal yang penuh makna. 
  5. Memiliki hubungan interpersonal yang baik: mampu membina keakraban dalam hubungan sosialnya, nyaman berinteraksi dengan lingkungan menghargai dan dihargai orang lain.
Kesehatan mental seseorang sering kali dihubungkan dengan kemampuan penyesuaian dirinya. Kehidupan yang tidak selamanya berjalan lancar dan sesuai keinginan, serta hambatan dan pemenuhan pemenuhan kebutuhan dan pemuasan diri sehingga mengganggu kapasitas penyesuaian diri seseorang. Kondisi demikian menimbulkan tekanan yang harus dihadapi individu yang bersangkutan. Konflik dan frustrasi yang bersumber dari faktor internal dan eksternal menjadi sumber stress (Coleman, 1950).
Shoben (dalam Korchin, 1976) menyebutkan istilah penyesuaian integrative (integrative adjustment), yang ditanda oleh pengendalian diri, tanggungjawab pribadi dan sosial, minat sosial yang demokratik, dan ide-ide ideal.
Pertumbuhan Personal
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial. Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase ”Golden Age”. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelaianan yang bersifat permanen dapat dicegah.
Istilah tumbuh kembang terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar, jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu.

Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram), satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh). Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. (Soetjiningsih, 1998; Tanuwijaya, 2003).
Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri khusus, yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-beda di setiap kelompok umur dan masing-masing organ juga mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda. Proses perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan, sehingga setiappertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya. Perkembangan fase awal meliputi beberapa aspek kemampuan fungsional, yaitu kognitif, motorik, emosi, sosial, dan bahasa. Perkembangan pada fase awal ini akan menentukan perkembangan fase selanjutnya. Kekurangan pada salah satu aspek perkembangan dapat mempengaruhi aspek lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal/lingkungan). Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi dua faktor tersebut.
Faktor internal terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom. Selain faktor internal, faktor eksternal/lingkungan juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Perkembangan anak juga dipengaruhi oleh stimulasi dan psikologis. Rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya dengan penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain akan mempengaruhi anak dlam mencapai perkembangan yang optimal.  Seorang anak yang keberadaannya tidak dikehendaki oleh orang tua atau yang selalu merasa tertekan akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangan.
Faktor lain yang tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan dan perkembangan anak adalah faktor sosial ekonomi. Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, serta kurangnya pengetahuan. (Tanuwijaya, 2003).

.  Pengertian Stress
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak berbahaya atau sulit. Stres membuat tubuh untuk memproduksi hormon adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri. Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia. Stres ringan yang berguna dan dapat memacu seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih berpikir dan berusaha lebih cepat dan keras sehingga dapat menjawab tantangan hidup sehari – hari. Stres ringan bisa merangsang dan memberikan rasa lebih bergairah dalam kehidupan yang biasanya memobsankan dan rutin. Tetapi stres yang terlalu banyak dan berkelanjutan, bila tidak ditanggulagi, akan berbahaya bagi kesehatan.
Menurut Walter Canon memberikan deskripsi mengenai bagaimana reaksi tubuh terhadap suatu peristiwa yang mengancam. Ia menyebutkan reaksi tersebut sebagai fight – or – fight response karena respon fisiologis mempersiapkan individu untuk menghadapi atau menghindari situasi yang mengancam tersebut.
Menurut Selye mempelajari akibat yang diperoleh bila stress terus – menurus muncul. Ia mengembangkan istilah General Adaptation Syndrome (GAS) yang terdiri atas rangkaian tahapan reaksi fisiologis terhadap stress yaitu :
a.     Fase reaksi yang mengejutkan (alram reaction)
Pada fase ini individu secara fisiologis merasakan adanya ketidak beresan seperti jantungnya berdegup, keluar keringat dingin, muka pucat, leher tegang. Nadi bergerak cepat, dsb. Fase ini merupakan pertanda awal orang terkena stress.
b.     Fase perlawanan (Stage of resistence)
Pada fase ini tubuh membuat mekanisme perlawanan pada stress, sebab pada tingkat tertentu, stress akan membahayakan. Tubuh dapat mengalami disfungsi, bila stress dibiarkan berlarut – larut. Selama masa perlawanan tersebut, tubuh harus cukup tersuplai oleh gizi yang seimbang, karena tubuh sedang melakukan kerja keras.
c.     Fase keletigan (Stage of Exhaustion)
Fase disaat orang sudah tak mampu lagi melakukan perlawanan. Akibat yang parah bila seseoran sampai pada fase inni adalah penyakit yang dapat menyerang bagian – bagoan tubuh yang lemah.

2.  Gejala – gejala stress :
a.     Menjadi mudah tersinggung dan marah terhadap teman, keluarga, dan kolega.
b.     Bertindak secara agresif dan defensif.
c.     Merasa selalu lelah.
d.     Sukar konsentrasi atau menjadi pelupa.
e.     Palpitasi atau jantung berdebar – debar.
f.        Otot – otot tegang.
g.     Sakit kepala, perut dan diare.

3.  Tipe – tipe Stress Psikologis
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe stress psikologis, yaitu :
a.     Frustasi
Frustasi muncul karena adanya kegagalan saat ingin mencapai suatu hal / tujuan. Frustasi ada yang bersifat instrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain – lain).
b.     Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidak mampuan memilih atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuk konflik digolongkan menjadi tiga bagian approach – approach conflict, approach – avoidant conflict, avoidant – avoidant conflict.
c.     Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan sehari – hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu dan tekanan juga berasal dari luar diri individu.
d.     Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi ketika individu merasakan kekhawatiran / kegelisahan, ketegangan, dan rasa tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu yang buruk.
Menurut Hans Selya membagi stress membagi stress dalam 3 tingkatan,

1. Eustress adalah respon stress ringan yang menimbulkan rasa bahagia, senang, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi bersifat positif, misalnya lulus dari ujian, atau kondisi menghadapi suatu perkawinan.
2.  Distress merupakan respon stress yang buruk dan menyakitkan sehingga tak mampu lagi diatasi
3.  Optimal stress atau Neustress adalah stress yang berada antara eustress dan distres, merupakan respon stress yang menekan namun masih seimbang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan berani bersaing.
Menurut Lazarus dan Folkman, kondisi fisik, lingkungan, dan sosial merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor.Istilah stressor pertama kali diperkenalkan oleh selye. Jenis –jenis stressor dikelompokkan sebagai berikut : masalah perkawinan, masalah keluarga, masalah hubungan interpersonal, masalah pekerjaan, lingkunagn hidup, masalah hukum, keuangan, perkembangan penyakit fisis dan lain-lain

Macam-macam Stressor dan Adapula yang membagi stressor menjadi:
a.       Stressor fisis : seperti panas, dingin, suara bising dan sebagainya
b.  Stressor sosial seperti keadaan sosial, ekonomi, politik, pekerjaan, karir, masalah       keluarga, hubungan intepersonal, dan lain-lain.
c.       Stessor psikis misalnya frustasi, rendah diri,perasaan berdosa, masa depan yang tidak jelas dan sebagainya.

Lazarus dan Cohen mengklasifikasikan stressor ke dalam tiga kategori, yaitu :

1.      Cataclysmic events
Fenomena besar atau tiba-tiba terjadi, kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi banyak orang, seperti bencana alam.
2.      Personal stressor
Kejadian-kejadian penting yang mempengaruhi sedikit orang atau sejumlah orang tertentu, seperti krisis keluarga.
3.      Background stressor
Pertikaian atau permasalahan yang biasa terjadi setiap hari, seperti masalah dalam pekerjaan dan rutinitas pekerjaan.
Ada beberapa jenis-jenis stressor psikologis (dirangkum dari folkman, 1984; Coleman,dkk,1984 serta Rice, 1992) yaitu:
1.      Tekanan (pressures)
Tekanan terjadi karena adanya suatu tuntutan untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu maupun tuntutan tingkah laku tertentu.Secara umum tekanan mendorong individu untuk meningkatkan performa, mengintensifkan usaha atau mengubah sasaran tingkah laku. Tekanan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari  dan memiliki bentuk yang berbeda-beda pada setiap individu. Tekanan dalam beberapa kasus tertentu dapat menghabiskan sumber-sumber daya yang dimiliki dalam proses pencapaian sasarannya, bahkan bila berlebihan dapat mengarah pada perilaku maladaptive. Tekanan dapat berasal dari sumber internal atau eksternal atau kombinasi dari keduanya.Tekanan internal misalnya adalah sistem nilai, self esteem, konsep diri dan komitmen personal. Tekanan eksternal misalnya berupa tekanan waktu atau peranyang harus dijalani seseorang, atau juga dpat berupa kompetisi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat antara lain dalam pekerjaan, sekolah dan mendapatkan pasangan hidup.
2.      Frustasi
Frustasi dapat terjadi apabila usaha individu untuk mencapai sasaran tertentu mendapat hambatan atau hilangnya kesempatan dalam mendapatkan hasil yang diinginkan. Frustasi juga dapat diartikan sebagai efek psikologis terhadap situasi yang mengancam, seperti misalnya  timbul reaksi marah, penolakan maupun depresi.
3.      Konflik
Konflik terjadi ketika individu berada dalam tekanan dan merespon langsung terhadap dua atau lebih dorongan, juga munculnya dua kebutuhan maupun motif yang berbeda dalam waktu bersamaan. Ada 3 jenis konflik yaitu :
a.       Approach – approach conflict, terjadi apabila individu harus satu diantara dua alternatif yang sama-sama disukai, misalnya saja seseorang sulit menentukan keputusan diantara dua pilihan karir yang sama-sama diinginkan. Stres muncul akibat hilangnya kesempatan untuk menikmati alternatif yang tidak diambil. Jenis konflik ini biasanya sangat mudah dan cepat diselesaikan.
b.      Avoidence – avoidence conflict, terjadi bila individu diharapkan pada dua pilihan yang sama- sama tidak disenangi, misalnya wanita muda yang hamil muda yang hamil diluar nikah, di satu sisi ia tidak ingin aborsi tapi di sisi lain ia belum mampu secara mental dan finansial untuk membesarkan anaknya nanti. Konflik jenis ini lebih sulit diputuskan dan memerlukan lebih banyak tenaga dan waktu untuk menyelesaikannya karena masing-masing alternatif memilki konsekuensi yang tidak menyenangkan.
c.       Approach – avoidence conflict, adalah situasi dimana individu merasa tertarik sekaligus tidak menyukai atau ingin menghindar dari seseorang atau suatu objek yang sama, misalnya seseorang yang berniat berhenti merokok, karena khawatir merusak kesehatannya tetapi ia tidak dapat membayangkan sisa hidupnya kelak tanpa rokok
Berdasarkan pengertian stressor diatas dpat disimpulkan kondisi fisik, lingkungan dan  sosial yang menjadi penyebab dari kondisi stres.